IMATA Sepakat Menolak Kedatangan Etnis Rohingya

Lhokseumawe, 15 Desember 2023 Sejumlah mahasiswa Aceh Tamiang yang tergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Aceh Tamiang Lhokseumawe Aceh Utara (IMATA) mengekspresikan penolakan mereka terhadap isu mengenai ratusan etnis rohingnya yang terdampar dan rencananya akan dibawa ke Aceh Tamiang. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada kamis 14 desember 2023, mereka mengungkapkan keprihatinan terkait dampak sosial, ekonomi, dan keamanan yang mungkin timbul akibat kehadiran pengungsi tersebut.

 

Mereka melakukan penolakan dikarenakan 2 hal, yang pertama resiko bencana banjir. Aceh Tamiang kerap mengalami bencana banjir khususnya akhir tahun. Yang kedua kondisi tidak layak. Rencana penempatan pengungsi di Tamiang dianggap tidak layak, terutama karena kawasan-kawasan tersebut sudah padat penduduk. Penolakan ini dilakukan karna dikhawatirkan hal hal yang tidak diinginkan terjadi. "Jikalau pun memang belum bisa mencari tempat untuk pergi kami siap memberi bantuan dalam kurun waktu yang dekat. Tapi kita disini bukan memberikan tempat pengungsian melainkan memberi tempat untuk bersinggah dan itu bukan dalam kurun waktu yang lama tetapi dalam waktu yang singkat. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan masyarakat setempat" ujar salah satu anggota IMATA.

 

Aliem maharits selaku ketua umum IMATA juga sangat kecewa atas sikap UNHCR yang di nilai seolah olah sepele dan tidak memikirkan dampak yang begitu besar nantinya. Oleh karena itu mereka membuat pernyataan yakni menyatakan sikap dalam aksinya menolak kehadiran pengungsi rohingnya yang dilakukan pada kamis 14 desember 2023 di pintu dua arun Lhokseumawe. "Kami menolak keras atas isu yang beredar mengenai etnis rohingnya yang akan diungsikan di wilayah kabupaten Aceh Tamiang. Dikarenakan atas sikap dan perilaku mereka sebelumya yang telah dilakukan di wilayah pengungsian sebelumnya. Maka dari kami menolak keras kedatangan mereka. Demikian pernyataan ini kami buat demi kenyamanan dan keselamatan bumi muda sedia." 

Dalam pernyataan tersebut, para mahasiswa menyatakan bahwa mereka memahami tragedi kemanusiaan yang dialami oleh pengungsi, Rohingya, namun mereka juga menyoroti perluasan dampak negatif yang dapat terjadi di lingkungan lokal. Mereka menekankan perlunya keterlibatan pemerintah dan lembaga internasional untuk mencari solusi yang dapat mengakomodasi kebutuhan kemanusiaan sambil memitigasi dampak yang mungkin terjadi di tingkat lokal maupun daerah mereka.

Komentar


Tambahkan Komentar